MENGOBATI AKHLAQ TERCELA SECARA IJMAL
Akhlaq
tercela dapat diobati dengan beberapa cara:
1.
Dengan mengetahui hakikat
penyakit (hati) tersebut, bahayanya, sebabnya, kebalikan darinya, faidahnya dan
sebab dari kebalikannya itu.
2.
Dengan mengetahui adanya penyakit
tersebut pada dirinya, dengan memeriksa dan menyelidikinya dan memilih orang
lain yang dapat mengingatkannya atas 'aibnya itu dari temannya yang jujur.
·
Nabi saw. bersabda,
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ.
"Seorang
mukmin itu cermin bagi mukmin lainnya," Hr. Abu Dawud, no. 4918 dari Abu
Hurairah ra.
·
Shahabat 'Umar pernah bertanya
kepada Hudzaifah dan berkata kepadanya, "Apakah anda melihat pada diri
saya sesuatu dari tanda-tanda nifaq?" Lihat, Mukhtashar Ihya 'Ulum
ad-Dien, al-Ghazaliy, hal. 143.
·
Dan Nabi saw. bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا فَقَهَهُمْ فِي الدِّيْنِ،
وَوَفَّرَ صَغِيْرُهُمْ كَبِيْرَهُمْ، وَرَزَقَهُمُ الرِّفْقَ فِي مَعِيشَتِهِمْ،
وَالْقَصْدَ فِي نَفَقَاتِهِمْ، وَبَصَرَهُمْ عُيُوبَهُمْ فَيَتُوْبُوا مِنْهَا.
وَإِذَا أَرَادَ بِهِمْ غَيْرَ ذَالِكَ تَرَكَهُمْ هَمَلاً.
"Jika
Allah berkehendak kebaikan kepada pengisi suatu rumah, maka la akan menjadikan
mereka faham terhadap agama, yang kecil dari mereka menghormati yang besar,
memberikan kepada mereka keramahan pada kehidupan mereka, sederhana pada
nafaqah mereka dan memperlihatkan 'aib sendiri kepada mereka, sehingga mereka
pun bertaubat darinya. Dan jika Allah berkehendak selain itu kepada mereka, la
akan membiarkan saja kepada mereka." Hr. ad-Daraquthniy pada al-Afrad
dari Anas ra. Beliau berkata: Gharib, menyendiri padanya Ibnu al-Munkadir
dari beliau, dan tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Musa bin Muhammad
bin 'Atha, dan dia itu matruk, selesai. Lihat, Faidl al-Qadir Syarh Jami'
ash-Shaghir, al-Munawiy, I: 330-331, no. 388.
·
Luqman al-Hakim pernah ditanya:
Dari siapakah anda belajar sopan santun? Beliau menjawab, "Dari orang yang
tidak tahu sopan santun."
3.
Dengan membedakan sebab-sebabnya
kemudian menghilangkan sebab tersebut, karena musabab hanya dapat hilang dengan
dihilangkan sebabnya, melakukan kebaikan yang berlawanan dengan penyakit hati
tersebut dan berusaha keras mencapainya, karena penyakit itu dapat diobati
dengan kebalikannya.
4.
Dengan membersihkannya dengan
cara menjelek-jelekkannya dan mencelanya baik ketika menyendiri maupun di
hadapan orang lain supaya jiwa terasa sakit dengannya.
5.
Dengan riyadlah, yaitu
melatih diri dan mengajarinya memikul beban berat, sedikit demi sedikit.
6.
Dengan istima' terhadap
ayat-ayat al-Qur'an al-Karim dan hadits-hadits Nabi saw. yang mulia yang berisi
celaan terhadap akhlaq jelek dan pujian terhadap akhlaq baik. Lihat, Tahdzib
al-Akhlaq, Abdul Hamid Hakim, 1: 58-60.
·
Nabi saw. bersabda,
إِنَّ سُوْءَ الْخُلْقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُ
الْعَسَلَ.
"Sesungguhnya
jelek akhlaq itu dapat merusak amal, sebagaimana cuka dapat merusak madu."
Hr. Abu
asy-Syaikh pada Amtsal al-Hadits, no. 5210, dan padanya terdapat rawi bernama
an-Nadir bin Ma'bad Abu Qahdzam.
Kata Ibnu
Ma'in: Laysa bisyaiin, kata an-Nasaiy: Laysa bitsiqatin.
Al-'Uqailiy menyebutnya pada Kitab adl-Dlu'afa, dan Ibnu Hibban memasukkannya
pada Kitab ats-Tsiqatnya. Lihal, Mizan al-I'tidal, IV: 263, no. 9087, Lisan
al-Mizan, VI: 198, no. 8816, Kitab ats-Tsiqaat, Vil 535, Qawa'id al-Jarh wa
at-Ta'dil, hal. 71.
·
Dan Nabi saw. bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَبْلُعُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ عَظِيمَ دَرَجَاتِ
الْآخِرَةِ وَشَرَفَ الْمَنَازِلِ وَإِنَّهُ لَضَعِيفُ الْعِبَادَةِ. وَإِنَّهُ
لَيَبْلُغُ بِسُوْءٍ خُلُقِهِ أَسْفَلَ دَرَجَةٍ فِي جَهَنَّمَ.
"Sungguh
seorang hamba dapat mencapai -karena baik akhlaqnya- derajat yang tinggi di
akhirat dan tempat tinggal yang mulia, padahal ia lemah dalam ibadahnya. Dan
sungguh seorang hamba dapat mencapai -karena jelek akhlaqnya- derajat paling
bawah pada neraka Jahanam." Hr. ath-Thabraniy pada al-Mu'jam al-Kabir, no. 753
dari Anas ra. Pada sanadnya terdapat rawi bernama al-Miqdam bin Dawud bin 'Isa
bin Talid ar-Ru'ayniy, guru ath-Thabraniy. Berkata an-Nasaiy: Tidak tsiqah
dan ad-Daraquthniy mendia'ifkannya. Lihat, Mizan al-Itidal, IV: 175, no. 8745,
Lisan al-Mizan, VI: 98, по. 8541.
·
Dan Nabi saw. bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ النَّحْلَةِ إِنْ أَكَلَتْ أَكَلَتْ طيبًا،
وَإِنْ وَضَعَتْ وَضَعَتْ طَيِّبًا، وَإِنْ وَقَعَتْ عَلَى عُوْدٍ شَجَرٍ لَمْ
تَكْسِرُهُ.
"Perumpamaan
orang-orang beriman itu bagaikan lebah; Jika makan ia memakan yang baik, jika
mengeluarkan ia pun mengeluarkan yang baik pula. Dan jika hinggap pada ranting
pepohonan, maka ia tidak mematahkannya." Hr. al-Baihaqiy pada Syu'ab
al-Iman, no. 5766 dari 'Abdullah bin 'Amr ra.
·
Dan Nabi saw. bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ سُوءِ
الْخُلُقِ، وَذَلِكَ أَنَّ صَاحِبَهُ لَا يَخْرُجُ مِنْ ذَنْبٍ إِلا وَقَعَ فِي
ذَنْبٍ.
"Tidak
ada dosa yang lebih besar di sisi Allah 'azza wa jalla dari pada jelek akhlaq.
Demikian itu, karena pemiliknya tidak keluar dari suatu dosa kecuali jatuh pada
dosa lain." Hr. al-Ashbahaniy dari Maimun bin Mihran, dan pada
sanadnya ada rawi yang tidak disebut namanya (Seorang laki-laki penduduk
Jazirah). Lihat,
at-Targhib wa at-Tarhib, al-Mundziriy, no. 4067.
·
Dan keadaan Nabi saw. mengucapkan
do'a,
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ، وَالْأَهْوَاءِ،
وَالْأَعْمَالِ، وَالْأَدْوَاءِ.
"Ya
Allah, jauhkanlah diriku dari akhlaq-akhlaq jelek, kemauan- kemauan jelek,
perbuatan-perbuatan jelek dan penyakit-penyakit jelek." Hr. al-Hakim pada al-Mustadrak,
no. 1985 dari Zaid bin 'Ulaqah, dari pamannya.
·
Dari al-Hasan (katanya),
"Barangsiapa jelek akhlaqnya maka ia menyiksa diri sendiri."
·
Berkata Wahb, "Perumpamaan
orang berakhloq jelek itu bagaikan tembikar yang pecah, tidak dapat diperbaiki
dan tidak dapat dikembalikan jadi tanah."
·
Dan berkata al-Fudlail,
"Bersahabat dengan orang durhaka yang baik akhlaqnya lebih aku sukai
daripada bersahabat dengan ahli 'ibadah yang jelek akhlaqnya." Lihat,
Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimiy, II: 4.
Pada salah satu Qawa'id
(Fiqhiyah) disebutkan,
دَرْهُ
الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ.
"Menolak
yang merusak lebih didahulukan daripada mendatangkan yang membereskan."
Dan para ulama berkata,
التَّخَلِّي
مُقَدَّمٌ عَلَى التَّحَلِّي.
"Membersihkan
harus lebih didahulukan daripada menghias."
Maka kita akan memulai dengan
pembahasan tentang akhlaq jelek atau tercela terlebih dahulu, kemudian kita
membahas tentang akhlaq terpuji. (Ust. Hamdan, Belajar
Meneladani Akhlaq Rasulullah: Seri Akhlaq Tercela, Bandung: Maktabah
Syaqib, Syawal, 1435 H. hlm. 19-23)
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan