TARIF AKHLAQ

 

TA’RIF AKHLAQ

Adapun hakikat arti "akhlaq" ialah suatu keadaan yang melekat pada jiwa, darinya muncul berbagai perbuatan secara spontan dan mudah, tanpa memerlukan berfikir dan menimbang-nimbang.

Bila keadaan tersebut memunculkan perbuatan-perbuatan baik yang terpuji menurut akal dan agama, maka keadaan demikian disebut "akhlaq baik," tetapi bila yang muncul darinya perbuatan-perbuatan jelek, maka dinamakan keadaan demikian yang menjadi sumbernya "akhlaq jelek." Lihat, Kitab at-Ta'rifat, al-Jurjaniy, hal. 101, Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimly, II: 4.

Dan, tiada lain kami mengatakan "Keadaan yang melekat pada jiwa," karena orang yang muncul darinya perbuatan memberikan harta secara jarang karena adanya kebutuhan yang timbul, tidak dapat dikatakan akhlaqnya dermawan, selama perbuatan tersebut tidak tetap pada jiwanya dengan tetap secara melekat.

Dan kami mensyaratkan "muncul darinya berbagai perbuatan secara mudah, tanpa perlu menimbang-nimbang" karena orang yang memaksakan diri mengeluarkan harta atau diam ketika marah dengan payah dan (hasil) menimbang-nimbang, tidak bisa dikatakan akhlaqnya dermawan dan sabar.

Yang menjadi induk akhlaq dan pokok-pokoknya ada empat macam, yaitu: Hikmah, syaja'ah, 'iffah dan 'adil.

Yang kami maksud dengan "Hikmah" ialah suatu keadaan jiwa yang dengannya dapat ditemukan benar dan salah pada seluruh keadaan ikhtiyar (normal).

Yang kami maksud dengan "adil" adalah suatu keadaan dan kekuatan pada jiwa yang dengannya dapat memimpin ghadlab (amarah) dan syahwat dan membawanya sesuai ketentuan hikmah dan dapat mengendalikannya dalam melepas dan menahannya menurut ketentuan hikmah tersebut.

Dan yang kami maksud dengan "syaja'ah" ialah keadaan kekuatan ghadlab tunduk kepada akal dalam membiarkan dan mengekangnya.

Dan yang kami maksud dengan ""iffah" adalah terdidiknya kekuatan syahwat oleh didikan akal dan agama. Maka dari keseimbangan empat pokok inilah munculnya akhlaq-akhlaq baik semuanya.

al-Quran telah mengisyaratkan terhadap akhlaq-akhlaq tersebut pada sifat-sifat orang beriman. Allah ta'ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ، ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ في سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَبِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ.

Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. Qs. al-Hujurat [49]: 15.

Maka beriman kepada Allah dan rasul-Nya dengan tidak ragu, ini menunjukkan kuat keyakinan dan itu merupakan hasil dari akal dan puncaknya hikmah.

Berjihad dengan harta adalah kedermawanan yang merujuk kepada pengendalian kekuatan syahwat, sedangkan berjihad dengan jiwa adalah syaja'ah (keberanian) yang merujuk kepada penggunaan kekuatan ghadlab sesuai dengan syarat akal dan batas keseimbangan.

Sungguh Allah telah menerangkan sifat para shahabat, la berfirman,

مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.

Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Qs. al-Fath [48]: 29.

Ayat tersebut sebagai isyarat bahwa untuk keras ada tempatnya dan untuk sayang pun ada tempatnya, maka kesempurnaan itu bukanlah pada selalu keras dan bukan pada selalu sayang selamanya. Lihat, Mau'izhat al-Mu'minin, al-Qasimiy, II: 4.

Berkata Syaikh al-'Utsaimin, "Sesungguhnya akhlaq baik itu terwujud dalam mu'amalah dengan Khaliq, dengan menerima berita-berita-Nya dengan membenarkan, menerima hukum-hukum-Nya secara langsung disertai pengamalannya dan menerima segala taqdir-Nya dengan sabar dan ridla. Akhlaq baik ini pun terwujud dalam mu'amalah dengan sesama makhluk. Tentang hal ini, al-Hasan al-Bashriy menuturkan, bahwa akhlaq baik tersebut ialah tidak menyakiti, mencurahkan pemberian dan wajah berseri." Lihat, Kitab al-'limi, al-'Utsaimin, hal. 186.

"Bagaimana, apakah anda sudah faham tentang definisi akhlaq ini?. Sebelum dilanjutkan, silahkan ulang-ulang kembali paparan di atas, agar anda benar-benar faham!" (Ust. Hamdan, Akhlaq Rasulullah Saw.)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama