TUJUAN DIRASAH AKHLAQ

 


TUJUAN DIRASAH AKHLAQ

1.        Hal itu merupakan tujuan diutusnya Nabi saw.

Nabi saw. bersabda.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأَنَّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

"Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq mulia." Hr. al-Baihaqiy pada as-Sunan al-Kubra, no. 20571, al-Bazzar no. 8949 dari Abu Hurairah ra.

Dan Allah 'azza wa jalla berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berakhlaq yang luhur." Qs. al-Qalam [68]: 4.

2.      Menampik kesan adanya jurang pemisah besar antara akhlaq dengan ibadah.

Rasulullah saw. bersabda,

لا يَدْخُلُ الجنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.

"Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejelekan-kejelekannya." Hr. Muslim, no. 46, Ahmad, no. 8841, Abu Ya'la, no. 6483 dari Abu Hurairah ra.

Pada sebuah riwayat disebutkan,

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فُلانَةً يُذْكَرُ مِنْ كَثرَة صَلَاتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي حِيْرَانَهَا بِلِسَائِهَا. قَالَ: هِيَ فِي النَّارِ. قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلَانَةً يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلاتِهَا وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَنْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ وَلَا تُؤْذِي حِيْرَانَهَا بِلِسَائِهَا، قَالَ: هِيَ فِي الْجَنَّةِ.

Seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang dikenal rajin shalat, shaum dan sedekah, hanyasaja ia menyakiti tetangga-tetangganya dengan lidahnya (ucapannya)," maka beliau bersabda: "Dia di neraka. Lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang dikenal sedikit shaum, um, sedekah dan shalatnya, ia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak menyakiti tetangga-tetangganya dengan lidahnya," maka beliau bersabda: "Dia di surga." Hr. Ahmad, no. 9638, al-Hakim, no. 7463 dari Abu Huraiah ra.

Nabi saw. bersabda,

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُوْنَ شُعْبَة، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ.

"Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu salah satu cabang dari iman." Hr. Muslim, no. 35. Abu Dawud, no. 4676, an-Nasaiy, no. 5005, Ibnu Majah, no. 57, Ahmad, no. 9332 dari Abu Hurairah ra.

Dan Ibnu Umar ra. berkata,

إِنَّ الْحَيَاءَ وَالإِيْمَانَ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الْآخَرُ.

"Sesungguhnya malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya hilang maka hilang juga yang lainnya." Hr. al-Bukhariy pada al-Adab al-Mufrad, no. 1313.

Dan Rasulullah saw. bersabda,

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ في النار.

"Tahukah kalian siapakah orang yang failit itu? Para sahabat menjawab: Orang failit pada kami adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai dirham dan harta benda. Kata Rasul: Sesungguhnya orang failit pada umatku adalah orang yang pada hari kiamat membawa pahala shalat, saum dan zakat, akan tetapi suka memaki orang ini, menuduh orang ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka orang ini diberi dari kebaikan-kebaikannya dan orang itu pun diberi pula dari kebaikannya. Dan bila habis kebaikannya sebelum terbayarkan tanggungannya itu maka diambil dosa-dosa orang yang ia zhalimi itu lalu dipikulkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka." Hr. Muslim, no. 2581, at-Tirmidziy, no. 3426, Ahmad no. 8829 dari Abu Hurairah ra.

Allah 'azza wa jalla berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللغو مُعْرِضُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَوَةِ فَعِلُونَ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ* إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَتُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ وَ وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَننَتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاهِمْ تُحَافِظُونَ.

1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, 3. dan orang

yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, 4. dan orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang yang memelihara kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. 7. Tetapi siapa mencari yang di balik itu (zina, dan sebagainya) maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. Dan orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, 9. serta orang yang memelihara shalatnya. Qs. al-Mu'minun [23]: 1-9.

Dan simaklah sifat-sifat 'ibadurrahman, Allah berfirman,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِينَما وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

Adapun hamba-hamba Rabb Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "Salam," dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Rabb mereka dengan bersujud dan berdiri. Dan orang-orang yang berkata, "Wahai Rabb kami, jauhkanlah 'azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal," Sungguh Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. Qs. al-Furqan [25]: 63-67 demikian juga ayat selanjutnya.

3.      Untuk diamalkan, bukan memperbincangkan tanpa diamalkan

Allah 'azza wa jalla berfirman,

يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ .

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." Qs. ash-Shaff [61]: 2-3. asy-Syaukaniy mengatakan: Pertanyaan (Istifham) pada ayat tersebut untuk menegur dengan keras (taqri) dan mencela (taubikh). Lihat, Tafsir Fath al-Qadir, V: 308.

Rasulullah saw. berdo'a,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبِ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَحَابُ لها.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas, dan do'a yang tidak terkabulkan." Hr. Muslim, no. 2722 dari Zaid bin Arqam ra.

Berkata al-Mubarakfuriy, (dori ilmu yang tidak bermanfaat), ya'ni ilmu yang tidak aku amalkan, atau yang tidak aku ajarkan kepada orang-orang, atau yang tidak memperbaiki akhlaq, tutur kata dan perbuatan, atau ilmu yang tidak diperlukan, atau ilmu yang mempelajarinya tidak dibolehkan agama. Lihat, Tuhfat al-Ahwadziy bi Syarh Jami at-Tirmidziy, IX: 454,

Muhammad bin al-Fadl berkata, "Lenyapnya agama Islam itu karena empat perkara, yaitu:

a.       Umat Islam tidak mengamalkan ilmu mereka.

b.      Mereka beramal tanpa ilmu.

c.       Mereka tidak mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.

d.      Mereka menghalangi orang-orang dari menuntut ilmu. Riwayat Abu Nu'aim, Hilyat al-Auliya wa Thabaqat al-Ashfiya, X: 233.

4.      Supaya kita tidak menjadi sebab timbul fitnah pada orang-orang. Lihat, Akhlaq al-Mu'min, 'Amr Khalid, hal. 2-10.

Nabi saw. bersabda,

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ إِنْفَاءَ مُحْشِهِ.

"Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh orang-orang karena takut kejelekannya." Hr. Ahmad, no. 23988, al-Bukhariy, no. 6054, Muslim, no. 2591 dari 'Aisyah ra.

Allah ta'ala berfirman,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

"Maka, berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu." Qs. Ali 'Imran [3]: 159.

Sebagian ahli hikmah berkata,

مَنْ سَاءَ خُلُقُهُ ضَاقَ رِزْقُهُ

"Barangsiapa jelek akhlaqnya akan sempit rizkinya." Lihat, Adab ad-Dunya wa ad-Dien, al-Mawardiy, hal. 236.

"Sekarang, apakah tujuan anda ingin mempelajari Akhlaq ini? Kalau begitu, marilah persiapkan, hati dan anggota badan untuk membarengi lidah dalam membaca buku ini!" (Ust. Hamdan, Belajar Meneladani Akhlaq Rasulullah: Seri Akhlaq Tercela, Bandung: Maktabah Syaqib, Syawal, 1435 H. hlm. 8-13)

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar, kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan

Lebih baru Lebih lama